Maksiat Hadir Kembali di Kota Padang

Gempa 7,6 skala Richter ternyata tak membuat jera sebagian warga Padang untuk melanjutkan kemaksiatannya. Sepuluh hari sesudah gempa di Kota Padang, kemaksiatan terlihat kembali di pantai Padang. Muda-mudi kembali berdua-duaan di pinggir laut tersebut.

Bersama dengan itu para pedagang pun seolah memberi kesempatan kepada mereka untuk ’menikmati’ kemaksiatannya. Tenda-tenda mojok kembali hidup.

Tenda-tenda itu dibangun sedemikian rupa sehingga pasangan muda-mudi tak terlihat kecuali kaki mereka. Ada juga yang secara terbuka berdua-duaan di atas sepeda motornya di pinggir pantai. Mereka tak malu dilihat orang yang hilir mudik di jalan yang bersebelahan dengan pantai tersebut.

Wulan, seorang penjual jagung bakar ketika ditanya pendapatnya tentang gempa 10 hari yang lewat dia menjawab masyarakat pinggir pantai trauma akan gempa tersebut. ”Ini peringatan dari Tuhan,” katanya. Tetapi ketika ditanya apakah tidak takut akan ada gempa lagi karena membiarkan orang-orang bermaksiat di pinggir pantai, dia menjawab, ”Mungkin orang-orang tidak takut. Yang penting kan cari uang.”. Dari pantauan HTI press, walaupun azan maghrib sudah berkumandang, banyak pasangan muda-mudi yang tidak beranjak dari tempat duduk mereka. Sementara di Jembatan Siti Nurbaya,  tempat itu penuh dengan muda-mudi yang nongkrong menjelang malam. Kondisi ini tak berbeda keadaannya dengan sebelum terjadinya gempa tanggal 30 september yang lalu. Sepertinya gempa 7,6 skala Richter belum cukup untuk menghentikan maksiat di Kota Padang.

Tinggalkan komentar